JAKARTA | Harga minyak stabil pada Senin (17/10) sore waktu AS atau Selasa (18/10) pagi WIB.
Mengutip Reuters, Selasa pagi, harga minyak mentah berjangka Brent turun 1 sen atau 0,01 persen ke level US$91,62 per barel setelah sebelumnya sempat anjlok 6,4 persen pada minggu lalu.
Sementara itu minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 15 sen atau 0,2 persen ke level US$85,46 setelah terjungkal 7,6 persen pada minggu lalu.
Analis menyebut pergerakan tersebut dipicu tarik menarik sentimen antara kekhawatiran pasar atas bayang resesi ekonomi yang mengintai ekonomi global dan kelanjutan kebijakan moneter longgar China.
Sebagai informasi, bank sentral China menggulirkan pinjaman kebijakan jangka menengah yang jatuh tempo pada Senin kemarin sambil mempertahankan kebijakan suku bunga utamanya.
Kebijakan itu memberikan sinyal ke pasar bahwa China akan menerapkan kebijakan moneter yang longgar demi menjaga kondisi ekonomi mereka.
Tak hanya itu seorang pejabat senior Administrasi Energi Nasional China juga menyatakan Beijing juga akan meningkatkan kapasitas pasokan energi domestik dan meningkatkan pengendalian risiko pada komoditas utama termasuk batu bara, minyak, gas, dan listrik.
China akan lebih meningkatkan kapasitas cadangan untuk komoditas utama.
Di tengah kondisi itu, dolar AS semakin menguat dan mungkin akan membuat The Fed menaikkan suku bunga acuan mereka demi meredam lonjakan harga barang.
Sinyal kenaikan suku bunga itu sebelumnya disampaikan Presiden Fed St Louis James Bullard. Pada Jumat (14/10) lalu ia mengatakan inflasi telah merusak ekonomi dan sulit untuk ditahan hanya dengan kebijakan biasa.
Ia mengatakan lonjakan hanya bisa diredam dengan kenaikan suku bunga yang lebih besar dari tiga perempat poin persentase.
“Inflasi AS tetap menjadi topik utama dan dengan The Fed akan menaikkan suku setidaknya hingga tahun depan, ada kekhawatiran bahwa kehancuran permintaan akan meningkat,” kata Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial Dennis Kissler.
Sementara itu Analis Pasar di OANDA Craig Erlam mengatakan pergerakan harga minyak kemarin kemungkinan terjadi karena komoditas tersebut sudah mencapai titik keseimbangannya.
“Sudah beberapa minggu yang bergejolak di pasar minyak dari kekhawatiran pertumbuhan global hingga pengurangan produksi OPEC+ berukuran super dan tampaknya mereka belum sepenuhnya tenang. Brent telah melihat posisi terendah US$82 dan tertinggi US$98, jadi mungkin apa yang kita lihat sekarang adalah menemukan kakinya di suatu tempat di tengah,” katanya.
Sumber:CNN Indonesia