Dampak Karhutla dari Status Siaga akan Menjadi Tanggap

Palembang – Dampak dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di dua wilayah yakni Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir membuat kualitas udara di Palembang tidak baik. Bahkan itu diakui Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru.

“Berdasarkan ISPU udara di Palembang mulai buruk karena dampak dari kabut asap Karhutla di OKI dan OI,” kata HD, Rabu (6/9/2023)

Deru pun mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar mengingat masifnya karhutla terjadi di beberapa minggu ini.

“Jadi harapan saya, jangan lagi ada yang membuka lahan dengan membakar. Pun yang tidak sengaja tolong berhati-hati,” ungkapnya.

Selain itu, Deru menyebutkan sudah melakukan berapa kajian untuk rencana mengubah status siaga menjadi tanggap dinilai akan menjadi solusi penanganan karhutla yang lebih optimal.

“Hal ini merupakan konsekuensi dari El Nino ditengah kemarau,” jelasnya.

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel Wandayantolis mengingatkan akan dampak parah kekeringan akibat kemarau panjang di Ogan Komering Ilir (OKI). Salah satu dampaknya adalah kebakaran lahan.

Kondisi tersebut akan berdampak pada peningkatan hotspot (titik panas) dan fire spot (titik api) yang terjadi di Sumatra Selatan (Sumsel).

“Di kabupaten OKI hari tanpa hujan (HTH) hampir mendekati 50 hari, karena memang di sana sudah tidak lagi terjadi hujan,” ungkap Wandayantolis.

Wandayantolis menyebut, peringatan itu telah disampaikannya kepada seluruh stakeholder di Sumsel untuk berhati-hati sejak 21 Agustus dan 1 September kemarin. Kondisi kekeringan tersebut akan berdampak bersar selain kebakaran lahan, akan merembet ke potensi bencana kabut asap.

“Kekeringan ini menimbulkan dampak potensi karhutla. Dari laporan yang masuk juga satgas sudah mulai kesulitan karena meluasnya lahan-lahan terindikasi hotspot,” tutupnya. (RN)