Program Jangka Pendek Mengatasi Banjir dengan Pompa Mobile

PALEMBANG | Apel gelar pasukan siaga banjir dilaksanakan di rumah Pompa Bendung, Jumat (7/10/2022). Apel gelar pasukan siaga banjir dipimpin Walikota Palembang H Harnojoyo.

Harnojoyo mengatakan, sebagaimana diketahui di bulan Oktober ini hujan di Palembang ini melebihi dari normal. Bahkan, menurut prediksi dari BMKG ini harus diantisipasi. Mudah-mudahan tanggal 5 kemarin itu puncak hujan di bulan Oktober.

“Intensitas hujan pada 5 Oktober lalu, itu termasuk yang cukup besar. Jadi harus kita antisipasi dan evaluasi hal-hal yang akan terjadi dengan pompa mobile,” ujarnya.

Menurutnya, sistem pengendali banjir di pompa Bendung ini sudah lumayan baik, dengan kecepatan pompa
36.000 liter per detik. Kemudian dengan ada 7 kolom retensi itu sudah lumayan baik penanggulangan banjir di Palembang.

“Tapi ini karena elevasi kota ketinggian Sungai Musi dengan di pangkal muara sungai Musi di Talang aman itu hanya beda 40 cm. Tentu ini terjadi perlambatan air untuk turun,” katanya.

Selain itu, lanjut Harnojoyo, ada beberapa jembatan yang menjadi penyempitan sehingga terhalang. Kemudian juga sedimentasi yang terjadi di sungai. Sehingga kapasitas sungai ini tidak mampu untuk menampung.

“Inilah yang menjadi tidak lanjuti, dan harus kita evaluasi, apa yang harus dikerjakan secepatnya,” ucapnya.

Lebih lanjut Harnojoyo menerangkan,
Areal daerah aliran sungai Bendung ini 2400 hektar. Jadi kalau curah hujan tinggi dan kalau kerja pompa maksimal itu bisa selesai.

“Tapi tadi karena kondisi sungai kita topografi dan elevasi ketinggian Sungai Musi dengan pangkal muara sungai Musi sama sehingga tidak bisa cepat,
Ini lambat untuk ke ujung sungai jadi butuh pompa mobil untuk mendorong genangan air,” bebernya.

“Maknya akan dievaluasi berapa pompa mobile yang kita butuhkan. Untuk mengatasi genangan air jangka pendek jangka pendek kita siapkan pompa mobile itu yang pertama. Kemudian, jangka panjangnya sedimentasi harus dibenari supaya tangkapan air ini lebih banyak. Jadi sebenarnya hitungannya sudah dihitung oleh pak Maman Balai Suungai wilayah 8 kebutuhannya. Jadi itu akan menjadi tindak lanjut kita ke depan terkait untuk mengurangi genangan air di sungai Bendung,” paparnya.

Selain itu, lanjut dia, peran serta masyarakat itu juga paling penting jangan buang sampah sembarangan ke sungai.

“Kota Palembang ini bioporinya tidak maksimal meresapnya. Karena ketinggian permukaan air hampir sama dengan pangkal Muara Sungai. Pompa mobile tadi akan dihitung dulu berapa banyaknya teknisnya berapa yang dibutuhkan agar tidak mubazir,” urainya.

Dalam kesempatan itu, Harnojoyo menghimbau agar pembangunan ini harus memperhatikan lingkungan.

“Bangunan yang menutupi drainase ini terus dilakukan penertiban. Kami bersama pak Dandim dan Polrestabes sedang melaksanakan itu, dan sampai sekarang ada 235 penertiban bangunan liar diatas drainase. Kita terus melakukan penertiban itu,” katanya

“Masyarakat mari kita jaga sungai kita kalau selama ini sungai dijadikan tempat pembuangan sampah sekarang ini sampah harus tertib dibuang di tempatnya.Sampah akan menghambat kerja pompa karena akan cepat rusak,” ucapnya.

Sementara itu, Kabid Sumber Daya Air (SDA) PUPR Palembang, Marlina Sylvia menuturkan, seperti yang disampai pak wali tadi program terdekat adalah dengan mobile pump atau pompa yang bisa dipindah-pindah.

“Sekarang punya dua pompa mobile, Balai Sugai Wilayah VIII punya 2 dan Kapoltabes akan menyiapkan 4 jadi total semuanya ada 8 pompa,” katanya.

Marlina menjelaskan, pompa mobile itu bisa diletakkan di mana saja. “Kemarin genangannya di Harper kami bawa ke Harper di Muara Bendung. Sudah ada Pompa Muara di antara lokasi banjir keluaran-buara Bandung ada perlu percepatan melalui pompa mobil tersebut. Banjir di Harper itu disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi. Selain itu, pemukiman saluran yang dijadikan atasnya ada bangunan bahkan saluran yang tadinya lebar menjadi lebih kecil itu juga menjadi masalah yang harus dituntaskan,” bebernya.

 

Saat ini, lanjut dia, di PUPR ada 497 orang dari bidang SDA yang disiagakan dan instansi terkait ada balai jalan dari Tagana ada ada banyak instansi yang ikut sesuai dengan tugas masing-masing.

“Kalau saat ini yang juga menjadi masalah sampah yang menyangkut di saluran itu sendiri. Jadi bagaimana air bisa lewat kalau ada sampah itu yang sampah itu yang dialirkan oleh air hujan dari satu tempat pemukiman yang kita tidak tahu dari mana itu masuk ke saluran. Jadi bukan salurannya kotor tapi mengalir dari permukiman masuk ke saluran pada saat hujan deras. Sehingga intensitas hujan tinggi nyangkut di net botle. Sehingga air sampai berhenti mengalir di lokasi tertentu itu yang akan diangkut oleh tim,” terangnya.

“Saat pembersihan di sungai ada lima mobil truk yang mengangkut sampah di sungai. Itu didapat banyak di spot-spot di sungai-sungai,” ucapnya.

Merlina berharap pembangunan di Kota Palembang berwawasan lingkungan. Jadi setiap depelover membangun harus ada kolam retensi.

“Jadi jangan mengharapkan pemerintah yang membangun kolam retensinya. CSR dari depelover ada perumahan berapa rumah, jangan dibangun rumah semua. Jadi sisakan juga untuk kolam retensi, yakni 30% kalau rawa tapi kalau tanahnya tidak rawa 10% bisa,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *